Wednesday, November 21, 2007

Perempuan : Cantik, Antara Kebutuhan dan Tuntutan

Cantik, kata ini begitu lekat dengan kaum perempuan, dan hanya kaum perempuan lah yang pantas menyandang predikat ini. Ketika kita berbicara tentang kata ‘cantik’ maka akan muncul begitu banyak definisi terkait dengan berbagai segmen. Kecantikan sering dikaitkan dengan kondisi jasmani maupun rohani atau kepribadian. Secara jasmani, perempuan cantik sering kali didefinisikan, dan melekat dalam benak masyarakat adalah perempuan yang memiliki tubuh langsing, kulit putih, rambut panjang,dll. Ada juga yang menengknya dari sisi rohani, berkepribadian baik, cerdas dll.

Tapi yang menarik bagi saya bukanlah bagai mana definisi cantik itu, baik secara jasmani atau rohani. Biarlah itu orang ain yang mendefinisikan. Karena saya yakin setiap orang punya kriteria masing-masing.

Menjadi sebuah pertanyaan bagi saya, bagaimana sang perempuan menyikapi ‘cantik’, suatu predikat yang saya yakin dimiliki oleh setiap perempuan yang juga dibumbui oleh mindset yang tidak bisa saya sebut salah kaprah atau pun benar. Hal yang paling nyata adalah mindset masyarakat banyak tentang cantik secara jasmani, yang lebih populer dan membawa pengaruh yang luar biasa bagi kaum perempuan.

Kaum perempuan berlomba-lomba mempercantik diri untuk mencapai “standar cantik yang diakui”. Mulai dengan menggunakan cara yang biasa seperti diet sehat, oleh raga, perawat tubuh, lotion pemutih dll, sampai dengan cara yang spektakuler, bedah plastik, menggunakan silicon, sedot lemak, minum obat pelangsing untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan. Saya yakin semua itu mengeluarkan tenaga, biaya, dan resiko yang tidak kecil.
Jadi mengapa kaum perempuan melakukanya? Kebutuhan kah? Atau Tuntutan?

Ada satu cerita, kisah nyata yang saya rasa sedikit memberi jawaban bagi saya, lagi-lagi dari salah satu segmen dari berbagai segmen.

Ibu saya mempunyai beberapa lipstick dengan warna yang beraneka ragam, jujur dalam hal ini saya kalah dengan ibu saya yang masih memperhatikan kecantikan. Sampai seusia saya saat ini, diatas 20 thn, saya belum pernah punya lipstick, bukan apa-apa, bibir saya termasuk yang sensitive atau mungkin juga kampungan, tidak bisa pakai lipstick, kalo pakai lipstick dalam hitungan detik pasti rasanya sakit. Mungkin saya belum menemukan yang cocok, jadi ya….pakai lipsgloss aja deh…

Suatu ketika salah satu lipstick, yang mungkin salah satu warna kesukaan ibu saya habis. Karenanya ibu saya minta uang pada bapak untuk beli lipstick. Jawaban yang mengejutkan yang saya dengar. Bapak menjawab: “ngapain sih pake beli lipstick ? orang udah “laku” juga”……..teng-tong…… agak lucu waktu itu, karena kedua berbicara sambil ketawa.

Saya terkejut sekali mendengar jawaban itu, dengan kata lain dapat disipulkan bahwa sebagian orang menganggap kecantikan itu untuk menarik lawan jenis, setidaknya itu menurut bapak saya, mungkin….. Jadi kalo dah ‘laku’/ atau menikah apa lagi dah tua yang ga usahlah ngurusin cantik-cantikan. Jadi mungkin, cantik itu tuntutan untuk mendapatkan pasangan. Sekali lagi cantik itu relative dan setiap orang punya kriteria dan standarnya masing-masing.

Itu mungkin dari sisi bapak, tapi bagai mana dengan sisi ibu saya? Saya melihatnya, cantik menjadi sebuah kebutuhan tersendiri bagi perempuan, dan secara naluriah perempuan ingin tampil cantik, tidak hanya untuk….ya…mungkin menarik lawan jenis, tapi merupakan kebutuhan tersendiri bagi kaum perempuan……

Lalu bagaimana anda melihatnya….??????

0 Comments:

Post a Comment

<< Home