Wednesday, June 28, 2006

Berbagi


Sekarang kita berada disini
Akan kita habiskan tiap ruang waktu bersama
tak kan kita biarkan waktu terlewat
berlalu tanpa kebersamaan

Bicara...
Bicaralah bila kau ingin bicara
Katakan segala yang ingin kau katakan
Aku memiliki banyak waktu
untuk mendengar mu

Berbagi...
Berbagilah apa yang ingin kau bagi
Sukamu... dukamu...
Aku memiliki rung, untuk menjaga
segala yang kau bagi

Seogok Cinta

Erat merangkul waktu
Kehidupan melemparku...

Terdamparku kembali
ditempat yang telah jauh kutinggal
tak kusinggahi lagi
setelah sekian lama

Kulihat disana...
Seogok cinta tergores, terkulai...
berdarah.... parah...

kuperhatikan sekelilingnya
Berdiri tegak pagar-pagar berduri
menjaganya dari khafilah
yang seiring berlalu

Pagar itu...
Mampu menjaganya, dari
segala yang ingin memnyentuhnya

Tapi...
Tak mampu menjaganya
dari desir angin
dari sapa embun

Lukanya teramat parah...
Setetes embun sejuk menyapa
Membangkitkan nyeri
yang selama ini bungkam

Lukanya teramat parah...
sentuhan lembut angin
membuatnya mengalirkan darah
perih...

Tapi...
Ia bertahan
karena ia tau
Sejuk embun akan mengobati lukanya
Dan sentuhan angin...
akan mengusir perihnya

Ia bertahan
Matanya mengalirkan butir-butir bening
dan asanya bergejolak

Saturday, June 17, 2006

Tak Ingin Jadi Yang Kedua


Aku ingin engkau mencintaiku...
Dengan sepenuh hatimu
dan mengizinkanku menghuni istana cintamu

Tapi jangan jadikan aku yang pertama
yang bertahta di istana cintamu
Karena aku tak akan pernah mampu
Karena aku tak ingin mengganti
Cintamu terhadap Pemilikmu
Menjadi cintamu padaku

Aku tak ingin jadi yang kedua
Karena aku tak mau menjauhkanmu
dari jalan dan tuntunan
manusia yang menjadi utusan dan kekasih Tuhan

Jadi yang ketiga?
Jangan...
Jangan jadikan aku yang ketiga
Karena aku tak ingin merenggangkan
Ikatan yang kau jalin
dengan orang-orang yang memcintai Tuhan dan nabinya

Cukup jadikan aku yang keempat
Karena dengan itu aku sudah merasa
memiliki segalanya

Karena aku hanya mampu
menduduki urutan keempat

Karena aku pun
akan menjadikanmu yang keempat

Friday, June 16, 2006

Pesimpangan Jalan


Ku terhanti di persimpangan jalan
Sukmaku memeluk kebimbangan
Kemana akan kubawa kakiku melangkah
kemana...kemana...kemana..???
Aku terus menimbang-nimbang

Disatu sisi jalan ini...
begitu ingin kulewati
sedikit kukenal petanya
tapi terjal, gelap dan berliku
Aku tak tau ujungnya

Disisi jalan lainnya..
Begitu terang, lurus, tapi aku tak mengenalnya
Bukan jalan yang biasa kulewati
Aku takut tersesat

Semua tak ada yang meyakinkan ku
Aku tak tau penghujung keduanya
Tapi aku harus memilih
Karena aku ingin pulang...

Ku berhenti dipersimpangan jalan
Ku peras otakku
aku pusiiing.....

Perlahan ku tanya hatiku
Tak ada jawaban...

Aku berdiri dipersimpangan jalan
Aku bertanya pada Yang Maha Mengetahui

Aku masih berdiri di persimpangan jalan
Memutar logika, membuka hati
Sambil menunggu jawab Nya

Teman di Perjalanan


Saat kita pergi untuk makan di restoran, warteg atau dimana saja dari tempat kita bekerja atau beraktifitas pasti kita menunggu atau mencari teman. Walaupun jaraknya dekat sekalipun dan sebenarnya kita bisa bisa berjalan sendiri tapi tetap saja kita lebih memilih berjalan bersama teman. Sesampainya kita disana, pasti kita memilih makanan yang sesuai dengan selera kita dan pasti berbeda dengan selera teman kita. Tapi kita lebih merasa senang bila ada teman yang menemani kita.

Mungkin ini adalah analogi yang lumayan bagus untuk menggambarkan kehidupan ini. Betapa berartinya seorang teman, walaupun pada akhirnya kita akan sendiri saat kita berada dialam kubur/akhirat. Sekalipun saat teman kita atau kita dipanggil Yang Maha Kuasa, kita atau teman kita tidak akan ikut pergi bersama. Ataupun kalau kita berusaha untuk ikut bersamanya pasti kita tidak akan bertemu dengannya. Tapi diri kita selalu membutuhkan teman dalam kehidupan ini. Kita selalu mencari teman untuk berbagi.

Akhirat adalah rumah makan itu, dimana kita akan sibuk dengan urusan penghitungan amal kita. Sedangkan hidup ini adalah perjalanan menuju tempat makan itu. Dimana kita membutuhkan teman untuk mencapainya.

Mungkin kita merasa bisa melewati perjalanan ini sendiri, semua kebutuhan kita urus sendiri, kita melakukan semuanya sendiri. Tapi kita tidak akan merasakan apa-apa selain sepi dan hampa.Dan kita akan lebih bahagia,kita dapat bernyanyi gembira bila ada teman yang menemani kita dalam menjalani kehidupan ini. Tempat kita berbagi segalanya.

Satu lagi, hidup ini ibarat sebuah perjalanan yang pasti akan berjumpa dengan pengujungnya. Hidup ini pun hanya sementara, jangan biarkan ia menjadi hampa. Dikehidupan ini pula kita diberi kesempatan mencari teman untuk di perjalanan,karena kita tak pernah bisa menjalaninya sendiri. karena kita tak akan pernah tau apa yang akan terjadi di kehidupan setelah kehidupan ini.

"Yang paling penting bukanlah saat kita berada di tempat tujuan kita, tapi bagaimana kita mencapai tempat tujuan kita"

Friday, June 09, 2006

Aku Ingin Cinta


Hampa....
Sepi...
Aku ingin merasa...

Ku titi jalan tanpa arah...
Aku hanya tau...
Aku ingin....
temukan sesuatu untuk penuhi ruang
disudut jiwa yang sepi...

Ku cari....
di hembusan angin...
di rintik hujan....
di merahnya senja
tak ku temukan...

Oh... Yang Berkuasa atas hati ini
Ingin ku gapai cinta MU
agar kesejukan memeluk jiwa
yang meronta...

Di pucuk pagi...
ku lepas mimpi
Sejuta harap berjumpa dengan MU
tuk sembuhkan luka...
sepanjang perjalananku

Lautan harap tertumpah
ku labuhkan pinta ku
Tuhan aku ingin....
Aku Ingin Cinta MU